Jumat, 09 Februari 2024

Visitor Studies Cara Museum Memanjakan Pengunjung.

Pergeseran paradigma museum dari Collection oriented ke Public Oriented memaksa Museum harus berbenah dan meningkatkan kualitas pelayanan agar masyarakat tertarik datang ke museum. Quesioner menjadi salah satu cara Visitor Studies atau meneliti pengunjung untuk mengetahui pengalaman, kepuasan dan kebutuhan pengunjung sesuai usia. 

Hasil penelitian tersebut menjadi pedoman museum untuk meningkatkan pelayanannya agar masyarakat semakin tertarik datang ke museum.


Ibu Irna Trilestari, dalam paparan di sesi pertama dengan judul Visitor Study, mengutip Pedoman Museum Indonesia tahun 2010 menegaskan bahwa Studi Pengunjung menjadi salah satu pelaksanaan kegiatan penelitian atau kajian guna pengembangan kebudayaan nasional, ilmu pengetahuan dan teknologi.
Museum perlu melakukan kajian untuk mengetahui dan memahami dari pengunjung, motivasi, kebutuhan dan harapan serta bagaimana mereka mengeksplore, apa yang mereka dapatkan dan peroleh dari pengalaman menjelajah museum. Beberapa cara dapat dilakukan untuk melakukan kajian atau penelitian. Proses mengkaji selain dengan questioner adalah dengan wawancara tatap muka atau telepon, angket, questioner online.

Sesi kedua dengan judul Visitor Studies Research: An Introduction di Museum Sejarah Jakarta, senin 17 Juni 2019 Ibu Dian Sulistyowati yang menjadi nara sumber mengajak peserta seminar untuk masuk lebih dalam mengapa museum perlu melakukan kajian atau penelitian. Bukan hanya sekedar menggenapi peraturan seperti yang tercantum dalam buku pedoman. 

Dari hasil kajian atau penelitian, Museum harus dapat memahami keinginan pengunjung sehingga dapat meningkatkan pengalaman kunjungan di museum. Kemudian museum dapat mengembangkan pameran, program publik dan fasilitas di museum.
Kajian atau penelitian pengunjung sendiri merupakan sebuah proses penting untuk memperbaiki pelayanan museum baik demi kepentingan pengunjung yang ada maupun pengunjung potensial. Pengunjung potensial adalah berbagai kelompok institusi atau komunitas atau lembaga yang ada di masyarakat.

Kajian pengunjung museum memiliki beberapa cakupan, antara lain: Audience research and development Pada kajian ini, fokus museum adalah untuk mencari tahu alasan mengapa orang datang berkunjung atau tidak datang berkunjung ke museum, hal- hal apa yang menarik dari suatu kunjungan, bagaimana menciptakan pengunjung baru dan memahami persepsi publik tentang museum.

Exhibit design and development Kajian terhadap pengunjung terkait dengan desain pameran di museum difokuskan mulai dari perancangan atau persiapan, pelaksanaan hingga evaluasi akhir dari pameran tersebut. Kajian ini adalah upaya untuk mencari tahu efektivitas dari sebuah pameran di museum.

Program design and development Seperti halnya kajian pengunjung yang dilakukan pada exhibit design, kajian pengunjung yang dilakukan pada program design and development ini berupaya untuk mencari tahu apakah sebuah program yang digagas oleh museum tepat sasaran bagi pengunjung atau calon pengunjung museum. General facility design Kajian pengunjung yang fokus pada upaya memenuhi kebutuhan pengunjung dan masyarakat lain terhadap fasilitas umum yang terdapat di museum, seperti area parkir, toilet, dansebagainya. 

Visitor services berkaitan dengan upaya museum untuk mengetahui apakah layanan yang diberikan oleh museum telah memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap museum tersebut. Seperti pelayanan yang ramah dari staff museum (customer service, sekuriti, bagian loket, pemandu dan sebagainya) apakah pengunjung mendapatkan hal tersebut? Kesan apa yang diperoleh pengunjung setelah mendapat pelayanan dari staff museum?

Kajian atau penelitian ini sangat diperlukan agar museum dapat terus relevan terhadap kelompok-kelompok umur yang menjadi sasarannya. Elemen utama yang menjadi tujuan dari kajian pengunjung adalah untuk memahami kebutuhan dan minat pengunjung, serta untuk menciptakan lingkungan dan pengalaman yang mereka harapkan saat mengunjungi museum.***

Jumat, 02 Februari 2024

Wanita, Museum dan Interpretasi

 


Memenuhi undangan Komunitas Jelajah, Sr. Marie Louise Nastiti, OSU dari Museum Ursulin Santa Maria dan Suster Lucia Anggraini, OSU dari Gallery Ursulin Malang hadir dan turut menyumbangkan cerita dalam bincang-bincang  Talk & Walk dengan tajuk Wanita Museum & Interpretasi bersama para tokoh dan juga para wanita di belakang layar museum, cagar budaya dan sejarah. 

Kegiatan Talk & Walk, diselenggarakan pada Minggu, 28 Januari 2024 Pukul 07.30 WIB di Museum Soesilo Soedarman, Tinggarjati Lor, Gentasari, Kroya.

 Wanita memiliki peran strategis dalam mendokumentasikan perjalanan bangsa. Jerih payah para wanita inspiratif tersebut dapat dirasakan saat ini, khususnya dalam memberikan edukasi kepada generasi muda.

Prof. Indroyono Soesilo, penggagas Museum Soesilo Soedarman bersama Ibu Apoli Purini Direktur Museum Soesilo Soedarman, menyambut tamu yang hadir, antara lain Musiana Yudhawasthi (Ketua Komunitas Jelajah), Prof. Ir. Wiendu Nuryanti, M.Arch PhD (Pembina Komunitas Jelajah), Lisa Ayodhia (Wanita Panutan), Rina Zoet (Hako Mullia Abadi), Mahirta (Museum Monumen Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia), Yularti (Asosiasi Guru Sejarah Indonesia Jawa Tengah), Retna Dyah Radityawati (Museum RA Kartini Rembang), Arianata Vira Testiani (Museum Akademi Polisi RI), dan DS Nugraheni (Museum UGM).

Ibu Musiana Yudhawasthi Ketua Komunitas Jelajah menerangkan maksud kegiatan, “Hari ini ngobrolnya memang tentang perempuan. Dimana museum-museum itu sebetulnya ingin mencoba mengkomunikasikan koleksi mengenai prempuan atau koleksi yang berkaitan dengan wanita“

Prof. Indroyono dalam sambutannya menyampaikan bahwa Museum Soesilo Soedarman juga memiliki cerita dan koleksi tentang perempuan salah satunya yaitu foto Megawati bersama Jenderal Soesilo Soedarman. 

Megawati seorang perempuan ketua umum partai besar yang gigih berjuang menghadapi tekanan pemerintah orde baru. Selain itu terdapat ruang yang dikhususkan untuk ibunya, yaitu Ruang Koleksi Widaningsri Soesilo Soedarman.  

Suster Marie louise Nastiti menceritakan perjalanan karya tujuh suster Ursulin pionir yang semuanya adalah wanita muda. Mereka berkarya dengan membuka asrama, sekolah untuk anak-anak dan sekolah guru. Karya tersebut terus berkembang sampai saat ini.

Dari seluruh pemapar, Ibu DS Nugraheni pengelola Museum UGM mengaku bahwa lebih dari 60%, staff di Museum UGM adalah perempuan. Ia mengatakan bahwa staff perempuan di museum UGM menikmati pekerjaanya.

Setelah istirahat makan siang, acara dilanjutkan dengan keliling area Museum Soesilo Soedarman dipandu Prof. Indroyono Soesilo. Ia menjelaskan koleksi museum satu persatu dan berkeliling ke seluruh ruangan museum.

Prof. Indroyono memberikan penjelasan bagaimana ia mendapatkan koleksinya secara gratis. Ia menghubungi para pejabat dan petinggi TNI Polri yang pernah berelasi dengan ayahnya Jenderal TNI Soesilo Soedarman. Ia mengatakan kepada pejabat yang bersangkutan bahwa fotonya saat masih muda tersimpan sekaligus mengajak untuk berkunjung ke museum Soesilo Soedarman.

Ketika pejabat tersebut datang dan melihat, ia terkesan karena foto dan namanya tercatat di museum itu. Pejabat itu kemudian ditawari barang yang dapat dihibahkan menjadi koleksi museum agar dapat dirawat dan dijaga sehingga namanya tetap diingat generasi penerus.

Para pejabat biasanya tidak menolak bahkan dengan senang hati menyumbangkannya. Maka di halaman museum Soesilo Soedarman tersaji berbagai kendaraan dan senjata tempur. Selain berbagai koleksi bersejarah, para pejabat yang pernah berelasi, diajak untuk menanam pohon yang kemudian diberi prasati, siapa penanamnya.

Koleksi unik tersebut menjadi cirikhas museum Soesilo Soedarman sekaligus penanda titik lokasi agar Masyarakat mudah mengenali dan menemukannya.

Rabu, 04 Oktober 2023

Penerimaan Peserta Didik Baru

Sekolah rendah , untuk anak usia taman kanak-kanak dan sekolah dasar dimulai sejak 1 Agustus 1856. Secara bertahap berkembang pula sekolah lanjutan untuk pendidikan dasar. Instituut Noordwijk kemudian menjadi Kampus Santa Maria. 

Foto pada kolom pertama menggambarkan kegiatan pra kemerdekaan RI. Kolom kedua menggambarkan kegiatan pada masa awal-awal Pasca Kemerdekaan. Kolom ketiga adalah flyer publikasi Penerimaan Peserta Didik Baru tahun Ajaran 2024-2025.



TK

SD

SMP

SMK

ASRAMA



Jumat, 16 Juni 2023

Gravy Boat with Attached Saucer



Salah satu koleksi unik di Museum Ursulin Santa Maria adalah Gravy Boat with Attached Saucer. Gravy Boat with Attached Saucer merupakan istilah untuk wadah saus.

Dalam praktek tata hidang, wadah saus ini menjadi penting karena merupakan bagian tak terpisahkan atau satu paket dengan perlengkapan tata hidang dalam tradisi Eropa. Gravy Boat with Attached Saucer tidak akan ditemukan dalam tradisi tata hidang nusantara.

Wadah saus ini memiliki warna kuning gading dan terbuat dari porselen. Secara umum permukaan berbentuk oval, di setiap sisi memiliki cekungan namun di sisi bagian ujung yang menjadi tempat aliran saus ketika dituang. Selain dituang, saus yang disajikan dalam wadah juga bisa di ambil dengan sendok.

Sebuah piring oval datar menempel permanen dengan wadah saus menjadi alas. Piring datar yang menjadi alas itu untuk mengantisipasi tumpahan saus yang tercecer. Gabungan wadah saus dengan alasnya, nampak menyerupai kapal sehingga sering disebut Sauce Boat.

Ciri lain dari sauce boat ini adalah terdapat dua garis berwarna hijau dan emas yang mengelilingi bibir luar permukaan atas sauce boat. Sementara di bagian piring alas tercetak garis warna emas saja tepat di bibir alas.

Sauce Boat ini memiliki dimensi Panjang 23.3cm Lebar 15.5cm Tinggi 9.8cm. Panjang dan lebar yang tercantum merupakan panjang dan lebar piring alas, sedangkan tinggi merupakan ukuran dari dasar sampai permukaan saus boat tertinggi. Wadah saus memiliki dimensi lebar 10 cm dan Panjang 19cm.

Di balik piring alas tercetak logo produsen berwarna hijau dengan komposisi tulisan "Victorian", dibawah tulisan Victorian, terdapat gambar mahkota dengan huruf "C" di sebelah kanannya. Tulisan "JOHNSON BROS MADE IN ENGLAND" di bawah mahkota, dan terakhir huruf "V" tercetak terpisah dan paling bawah.


Logo Victorian yang tercetak pada saus      boat koleksi museum Ursulin Santa Maria menandakan bahwa produk dari JOHNSON BROS tersebut telah berkontribusi kepada Kerajaan Inggris sejak masa pemerintahan Ratu Victoria dan di buat antara tahun 1900 -1920an 

Berdasarkan logo yang tercetak pada koleksi saus boat dan perlengkapan tata hidang lain, koleksi tersebut merupakan peninggalan biara sejak sebelum perang dunia kedua sekitar tahun 1942. 

Sumber

http://www.thepotteries.org/mark/arms/english.htm

 http://www.thepotteries.org/mark/j/johnson_brothers.html 


Selasa, 06 Juni 2023

Digital Art, Kolaborasi Seni Budaya Untuk Kemajuan Ekonomi

 


Panitia temu para pengelola Museum Galeri dan Monumen atau Mugalemon edisi Mei 2023 mengundang art producers and directors dari Art Tokyo Association, Jepang, Naohiko Kishi sebagai narasumber. Naohiko Kishi diundang untuk berbagi pengalaman sebagai promotor dalam Art Fair Tokyo dengan tema: Pemanfaatan Museum dan Galeri Sebagai Ruang Berekspresi.

Temu Mugalemon diselenggarakan dalam semangat peringatan 65 Tahun Hubungan Indonesia-Jepang di Museum Bahari jalan Pasar Ikan no. 1 Jakarta Utara. Turut hadir dalam temu Mugalemon, Yang Mulia Duta Besar Pemerintah Jepang Kanasugi Kenji, Ketua Assosiasi Museum Daerah Jakarta AMIDA Paramita Jaya, Bapak Yiyok T. Herlambang.

 Yang Mulia Duta Besar Pemerintah Jepang Kanasugi Kenji dalam sambutannya mengakui keanekaragaman budaya dan sejarah Indonesia sangat membantunya dalam mempelajari Indonesia. Pak Yiyok T. Herlambang yang memberi sambutan berikutnya mengucapkan terima kasih atas kerjasama AMIDA Paramita Jaya dengan Art Tokyo Association, MISSAO dan Museum Kebaharian Jakarta. Pak Yiyok dalam sambutannya menyinggung PP no.66 tahun 2015 bahwa museum selain dikembangkan juga ada unsur kajian sehingga dapat dimanfaatkan oleh seluruh masyarakat.

 Mengawali paparan, Naohiko Kishi mengucapkan terima kasih atas hubungan diplomatic yang telah terjalin selama 65 tahun antara Indonesia dengan Jepang. Alasan itulah yang membuatnya hadir di Museum Bahari.

Seni budaya mendukung ekonomi

 Selanjutnya, Naohiko menyampaikan apa yang ia pikirkan tentang bagaimana caranya untuk memelihara dan mempererat hubungan antara kedua negara. Salah satu jawabannya adalah seni. Seni menjadi bahasa universal, bahasa pemersatu.

Di Jepang, Naohiko Kishi adalah seorang produser. Ia menggabungkan antara ekonomi, industri dan budaya. Ketika ia ditanya oleh masyarakat apa pekerjaannya ia akan menjawab ia membuat film.

 Keinginannya adalah selalu mendorong kegiatan seni dan ekonomi berkolaborasi menjadi sebuah industri. Menurutnya, seni budaya dan juga ekonomi itu saling mendukung dan berkesinambungan. Seni budaya mendukung ekonomi begitu juga sebaliknya.

 Ketika sebuah negara mampu mengelola seni, budaya dan ekonomi dengan baik, negara tersebut akan menjadi kuat di masa depan.

Naohiko Kishi mendirikan Akasaka Blitz, sebuah promotor konser musik. Salah satu bentuk budaya di bidang musik yaitu entertainment. Jadi bagaimana entertainment mampu mengumpulkan banyak orang dan menggerakkan ekonomi? Itu yang ia pikirkan 30 tahun lalu.

Naohiko Kishi kemudian menampilkan beberapa gambar yang menceritakan suatu area di Tokyo, Jepang yang mampu menampung sampai 20.000 orang untuk menonton pertunjukan. Setelah dibuat tempat itu (Venue) akhirnya banyak seniman-seniman atau artis-artis baru yang datang dan ingin tampil di te mpat itu termasuk penyanyi dari luar negeri.

Di dalam kawasan seluas 30.000 meter persegi itu tersedia ruang teater, galeri, tempat makan dan juga tempat yang luas dan serbaguna serta tempat untuk acara pernikahan. Semua dibuat dalam satu area.

Dengan dibangunnya kembali area itu, perubahan yang tampak kemudian adalah jumlah pengunjung. Sebelumnya hanya mampu menampung sekitar 20.000 pengunjung yang datang setiap harinya kemudian meningkat menjadi 90.000 orang yang beraktivitas di sana.

Dengan banyaknya pergerakan di area tersebut, akhirnya restoran cafe dan juga perusahaan termasuk perusahaan baru ikut berkembang.

Dalam paparan selanjutnya Naohiko Kishi menunjukkan grafik pasar dunia dibidang seni yang didominasi Barat, Eropa & Amerika. Pasar Eropa dan Amerika mendominasi penjualan seni secara global sedangkan pasar Asia tidak terlalu mencolok, sangat tidak seimbang antara Barat dan Timur. Jepang adalah salah satu pasar seni di Asia yang mengimbangi Barat dengan GDP ketiga di dunia.
Kishi percaya untuk Asia juga termasuk Indonesia akan berkembang. Ia setuju dengan informasi yang ia terima bahwa sekitar 15 tahun ke depan GDP Indonesia akan melampaui Jepang. Namun bila value dari seni budayanya tidak ikut naik maka masa depan yang diramalkan tidak akan tewujud.

Penghargaan kepada seniman dan karyanya


Yang menjadi bagian penting adalah, karya seni yang baik itu harus dihargai dengan baik pula, karena hal itu meningkatkan value.

Kishi melanjutkan bahwa karena hal itu, ketika ia berpikir tentang acara yang ia buat sendiri itu ada di urutan keberapa. Yang menjadi pemikiran paling penting itu adalah seberapa banyak produk terjual di dalam acara ini.

Ia mengakui ada juga yang tidak berpikiran sama dengan dirinya atau ada perbedaan dalam memahami seni, akan tetapi bagi Kishi, yang penting itu mengetahui banyak hal termasuk kemungkinan tidak akan bisa menang bila dibandingkan dengan seni Barat.

 Kishi juga berfikir tentang hal yang berbeda dari konsep Barat yaitu unit venue atau tempat-tempat yang unik. Jadi di tempat-tempat yang menarik ditampilkan karya-karya seni yang baik itu.

 Di kawasan Asia sendiri untuk bangun bangunan tua sangat banyak termasuk di Indonesia. Kishi melihat, bangunan kuno itu merupakan daya tarik tersendiri karena unik dan membuat seni budaya di kawasan itu bernilai ekonomi.

 Naohiko Kishi selanjutnya berencana membuat hal yang sama di Osaka. Tahun 2025 nanti akan diselenggarakan International Osaka Expo. Sebuah acara internasional yang melibatkan banyak pihak dari pemerintah berbagai negara.

 Apa yang dilakukan Kishi adalah melibatkan para duta besar. Berdasarkan rekomendasi dari para duta besar, kegiatan ini melibatkan banyak seniman dari berbagai negara termasuk dari Jepang sendiri. Melalui acara tersebut para seniman berkesempatan untuk masuk juga ke dalam pasar seni di Jepang dan senimannya sendiri mendapatkan manfaatnya. Ditambah lagi kegiatan itu memfokuskan ke seniman-seniman muda berusia sekitar umur 30 sampai 40 tahun.

 Digital Art

Naohiko Kishi berbicara langsung dengan para seniman bagaimana caranya sebisa mungkin selama mereka hidup dan masih bisa berkarya mendapatkan manfaat. Salah satunya adalah dengan Digital Art.

 Naohiko Kishi membuat film yang memadukan berbagai seni dan teknologi menjadi sebuah film Digital Art. Thriller film berdurasi hampir 2 menit tersebut diputar di sela paparanya.

Mengapa dibuat digital? Bukan sekedar menjual akan tetapi juga sebagai alat untuk mempromosikan seniman tersebut secara digital.

 Saat ini orang dengan mudah mengakses dunia digital. Seniman dapat memperlihatkan koleksi karya mereka itu lewat layar monitor. Lewat layar itu, koleksi karya seniman akan ditonton oleh generasi yang memang akan melakukan hal tersebut dan generasi yang tidak akan melakukan hal tersebut (sekedar menonton).

 Oriental Art berperan penting dalam pengembangan teknologi di dunia entertain. Di Jepang selama 10 tahun ini banyak terjadi perubahan. Di sana, kegiatan art Tokyo menjadi ajang kumpul para pihak yang berhubungan dengan acara itu. Mereka berkumpul dan fokus di acara tersebut dan akhirnya membawa perubahan yang besar.

 Kemudian bekerjasama dengan museum-museum dalam pelaksanaan Art Tokyo itu. Ada sekitar 20 museum yang ditampilkan dalam Art Tokyo. Bagi Naohiko Kishi, Art Tokyo menjawab bagaimana mengumpulkan orang-orang dari seluruh dunia dan mereka bisa menghasilkan kegiatan-kegiatan bernilai ekonomi. *** 


Kiri: Yang Mulia Duta Besar Pemerintah Jepang Kanasugi Kenji
Tengah: Foto brsama: Ibu Misari Kepala Museum Bahari. Naohiko Kishi, Duta besar, Bpk. Yiyok ketua Amida Paramita Jaya dan Direktur MISSAO Corp
Kanan: Naohiko Kishi, narasumber 

Selasa, 30 Mei 2023

Pentingnya Menghargai Sebuah Peninggalan Sejarah

 

Rombongan kelas V SD Vincentius Bidaracina me- ngunjungi Museum Ursulin Santa Maria pada Jumat, 19 Mei 2023. Rombongan terdiri dari enam guru pendamping serta 94 anak. Mereka tiba sekitar jam 08.20 dan langsung diarahkan ke Kapel.

Titik kumpul dipusatkan di Kapel karena keterbatasan ruang museum yang masih dalam proses renovasi. Di Kapel, Suster Marie Louise, kepala Museum menyapa rombongan dan mengucapkan salam selamat datang.

Sebelum tur museum dimulai, rombongan diajak melihat film pendek tentang museum. Dalam video singkat itu diterangkan bahwa SD Vincentius Bidaracina merupakan pekembangan dari Panti Asuhan yang dulu dikelola para Suster Ursulin di Jalan Pos.

Usai pemutaran video pendek, peserta dibagi dalam beberapa kelompok kecil. Secara bergilir, setiap kelompok memasuki ruang pamer. Pemandu menyambut dan menjelaskan sejarah awal kedatangan para Suster Ursulin dan karyanya. Durasi setiap kelompok kurang lebih sekitar 15 – 20 menit. Kelompok lain menunggu giliran dengan mendengarkan penjelasan materi video oleh Suster Marie Louise.
Seorang guru pendamping siswa mewakili rombongan menuliskan kesan di buku tamu, betapa penting menghargai warisan atau peninggalan para suster pendahulu.

Museum menjadi tempat edukasi yang dapat membantu siswa/I dalam mengenal sejarah dan memahami betapa pentingnya menghargai sebuah peninggalan sejarah yang masih ada sampai sekarang. Terima kasih Suster, Bapak, Ibu yang sudah merawat peninggalan sejarah dengan baik. Salam SERVIAM

Eartho Dgreento Sihotang dan Bent Gabriel Sinaga peserta rombongan mengungkapkan kesannya bahwa museum Ursulin Santa Maria unik “Menurut saya museum Santa Maria itu unik, bagus dan keren” tulisanya pada form kesan dan pesan para tamu. ***

Selasa, 25 April 2023

Batu Nisan

Batu Nisan bertuliskan beberapa nama suster ini ditemukan pada 9 Mei 2022 di Wasrey biara Ursulin Santa Maria Juanda Jakarta. Nisan ditemukan saat proses relokasi berbagai barang di wasrey yang akan direnovasi. Wasrey adalah area atau ruang khusus mencuci.

Selama ini karyawan biara yang bertugas mencuci pakaian tidak tahu bahwa batu marmer yang digunakan untuk alas cuci adalah bagian belakang dari sebuah batu nisan.

 Para suster kehilangan jejak para pendahulu sejak makam suster tergesa-gesa dipindahkan dari pemakaman umum Kebon Jahe Kober ke Tanah Kusir, pada tahun 1975. Batu nisan dari batu marmer itu berukuran 62.5 x 100.5cm dengan ketebalan 3cm. Nama suster yang tercantum dalam batu nisan sebagai berikut:

M. EMMANUEL HARRIS
NEE LE 21 JANV 1829 DECEDEE LE 11 FEV 1856

S. LEONIE EVERS
NEE LE 5 MARS 1827 DECEDEE LE 13 OCT 1862

M. XAVIER VERHUIJGT
NEE LE 29 OCT 1814 DECEDEE LE 9 JUIL 1863

M. ISABELLE NEVEN
NEE LE 27 MAI 1833 DECEDEE LE 29 MAI 1864

M. ANGELE KUPPERS
NEE LE 20 SEPT 1821 DECEDEE LE 12 FEV 1866

M. MARGUERITE MORROGH NEE LE 17 OCTOBRE 1846 DECEDEE LE 15 AVRIL 1870
Huruf M di depan nama merupakan singkatan dari Mere artinya “Ibu”. Sedangkan inisial S di depan nama Leonie Evers singkatan dari Soeur yang berarti “Kakak”. Baik Mere maupun Soeur merupakan bahasa Perancis.

 Dari ke enam nama suster pada batu nisan tersebut, terdapat tiga nama suster ursulin pionir yang pertama kali tiba di Batavia pada 7 Februari 1856, yaitu Suster Emmanuel Harris, Suster Xavier Verhuijgt dan Suster Angele Kuppers.

 Lima suster teratas pada batu nisan tersebut pada awalnya dimakamkan di Bidaracina di tanah milik Tuan Veugen. Pada Tahun 1869 makam dipindahkan ke pemakaman umum bagi warga Eropa di Batavia, Kerkhoff Tanah Abang.

 Pada tahun 1894 Suster Augustine Phillipsen, pemimpin biara Ursulin di Noordwijk, Batavia, atas persetujuan semua pihak kemudian menata area makam para suster di Tanah Abang sehingga menjadi tempat yang indah dan nyaman bagi peziarah.

Batu nisan marmer ini adalah hasil dari penataan yang dilakukan oleh Suster Augustine Phillipsen. ***

Senin, 27 Maret 2023

Museum Bukan untuk Diri Sendiri tetapi Menjadi Sarana Berbagi

 

Foto bersama usai misa, panitia bersama Romo Michael Wisnu Pr

Museum Ursulin Santa Maria di Jakarta Pusat, menggelar Misa perdana sekaligus temu alumni Santa Maria pada Sabtu, 18/3/2023. Rossi Pramana, alumni SPG Santa Maria Angkatan 1983 menjadi koordinator pelaksanan acara ini.

Misa yang dilaksanakan di Kapel Santa Maria dimulai pukul 09.00 WIB dan dihadiri para alumni serta pensiunan guru. Banyak peserta hadir membawa anak dan cucu. Suasana meriah dan gembira saling melepas rindu sejak awal perjumpaan.

Romo Michael Wisnu Pr dari paroki Pulo Gebang memimpin perayaan Ekaristi. Petugas liturgi kecuali misdinar dari para alumni.

Dalam homilinya, Romo Michael Wisnu mengingatkan umat bahwa gereja sampai saat ini mampu bertahan karena mempertahankan hal-hal yang dianggap sepele oleh banyak orang yaitu ketekunan dan kegembiraan berjalan bersama Tuhan.

“Umat di masa kini dapat mengetahui bagaimana para murid menjalani hidup bersama Yesus dan mengalami pertumbuhan imannya karena mereka tidak membiarkan satu pengalaman hidup lewat begitu saja. Para murid memiliki pengalaman yang cukup dekat dengan Yesus dan pengalaman itu mengubah mereka kemudian mereka sungguh-sungguh ingin membagikan pengalaman itu. Kitab Suci bisa hadir di tengah-tengah umat menjadi inspirasi bagi banyak orang terutama yang mencari Tuhan,” ujarnya.
Terkait dengan museum, ia mengajak para alumni untuk menghargai dan memahami bahwa museum bukan untuk diri sendiri tetapi menjadi sarana berbagi pengalaman untuk masa depan. Dengan mengajak keluarga dan anak-anak dalam kegiatan ini berarti sungguh-sungguh terlibat dalam pendidikan ini.

Ia meminta seluruh alumni yang hadir untuk tekun dan setia memelihara apa yang sudah Tuhan berikan. Tidak menjadi bagian yang merusak atau membiarkan.

Ia juga mengajak umat untuk menyadari diri dihadapan Tuhan, agar setiap memulai sesuatu yang baik harus mengalami kebersamaan dengan Tuhan.

Selesai misa, acara dilanjutkan dengan tur singkat ke area dapur SMK Santa Maria untuk melihat jejak peninggalan sekolah kejuruan memasak. Dapur SMK tempat praktik siswa siswi memasak masih digunakan bahkan ditambah dapur baru. Tur ditutup dengan demo praktik memasak oleh siswa siswi SMK jurusan tata boga di area museum.

Tulisan ini sudah ditayangkan di hidupkatolik.com artikel lengkap dapat dibaca disini 

Selasa, 28 Februari 2023

Awal Mula Nama Santa Maria

 

Gedung Santa Maria dari masa ke masa


Sebuah pertanyaan muncul, mengapa diberi nama Santa Maria? Pertanyaan itu diungkapkan oleh Romo Yohanes Raditya Wisnu Wicaksono (Romo Wisnu) saat memberikan homili pada misa syukur ulang tahun Biara Ursulin Santa Maria ke 167 dan museum Ursulin Santa Maria ke 12 di aula SMP Santa Maria Selasa 7 Februari 2023 lalu.

Romo Wisnu mengatakan tidak tahu mengapa biara ini dinamakan Santa Maria. Ternyata alumni dan banyak staff serta guru juga tidak tahu mengapa dinamakan Santa Maria.

Perjalanan Biara Ursulin di jalan Noordwijk no. 29 yang sekarang menjadi biara Santa Maria adalah sebagai berikut. Mgr. Vrancken yang menjadi Uskup Batavia, pada tahun 1854 mengunjungi Belanda dan meminta izin kepada Pastor Lambert untuk mengizinkan adanya misi para suster ke Tanah Jawa. Permohonan itu baru disetujui pastor lambert setelah berkonsultasi dengan Uskup Mechelen dan dikirimkan 6 Suster dari Sittard dan satu Suster dari Maeseyck sebagai pemimpinnya yaitu Suster Ursula Meertens.

 Pada 7 Februari 1856 Rombongan Suster Ursulin pertama kali tiba di Batavia dan masuk ke rumah di Jalan Noordwijk no. 29. Pada pertengahan Februari tahun tersebut, Mgr. Vrancken datang dan memberkati rumah dan seluruh komplek dan memberinya nama “Transfiguratie.” (kronik hal. 20)

 Karya pertama dibuka pada 13 Mei 1856 yaitu Asrama, sedangkan TK dan SD pada 1 Agustus. Kronik biara mencatat akhir Oktober 1856 penghuni asrama mencapai 40 orang. Akhir Tahun 1856 di sekolah “Frobel” (TK) terdapat 62 anak, dan Sekolah Rendah (SD) muridnya 295 anak.
Antara tahun 1857-1858 dilakukan renovasi karena jumlah peserta didik bertambah banyak. Kapel di perbesar dan diberkati oleh Mgr. Vrancken. Sebagai pelindungnya, kami pilih “Bunda Maria tanpa noda” tulis kronik halaman 22. Dari peristiwa pemberkatan dan pemberian nama Kapel tersebut, nama “Maria” bunda Yesus mulai digunakan.

 Pada masa perang kemerdekaan antara 1942 - 1947, Sebagian besar biara Transfigurasi beserta gedung sekolah dikuasi tentara. Mulai dari tentara Belanda, Jepang, Gurkha, Inggris dan Kembali ke tentara Belanda. Para suster hanya mendapatkan Sebagian kecil ruangan di Kapel yang digunakan bersama-sama para suster, anak asrama dan panti asuhan dari Jalan Pos serta titipan dari para suster Gembala Baik di Jatinegara (1942).

 Setelah perang Kemerdekaan, Seluruh ruangan tidak dapat digunakan karena kotor, berantakan dan fasilitas belajar sekolah, biara dan asrama rusak berat, tidak dapat digunakan lagi. Sabtu Suci sebelum Malam Paskah 1949 Lonceng di Kapel dibunyikan setelah selama 6 tahun senyap. Pada Agustus tahun tersebut, seluruh kompleks sekolah dan biara merayakan pesta Santa Maria diangkat ke Surga dan sejak saat itu seluruh kompleks diberi nama Santa Maria.

 Dimulai dari para suster yang mengusulkan nama Kapel sampai terjadinya berbagai peristiwa yang dialami para suster, Santa Maria menjadi sebuah nama yang digunakan biara, sekolah, asrama dan museum di Jalan Ir. H. Juanda no. 29 Jakarta Pusat  sampai saat ini. ***

Rabu, 22 Februari 2023

Suara Cinta Santa Maria

 

Peringatan HUT Museum Ursulin Santa Maria ke 12 dirayakan dengan sederhana. Perayaan yang digagas oleh beberapa alumni dan pensiunan para guru Santa Maria diawali misa bersama dengan seluruh unit di Kampus Santa Maria pada Selasa 7 Februai 2023 pukul 07.30 WIB

 Usai misa, para pensiunan guru dan alumni diarahkan menuju hall museum. Di hall museum tersaji pameran museum. Pameran bertajuk Suara Cinta Santa Maria dimulai dengan sambutan Suster Marie Louise Kepala Museum dilanjutkan pemotongan tumpeng.

 Suster Marie Louise mengucapkan terima kasih kepada seluruh tamu yang hadir dan memohon doa agar proses renovasi dapat terlaksana dengan baik. Dalam kesempatan sambutannya, Suster Marie Louise juga menjelaskan tentang pameran mini yang dibuka selama lima hari mulai 7 sampai 11 Februari 2023.

 Tema pameran, Suara Cinta Santa Maria diwujudkan Ketika proses relokasi benda koleksi dari ruang pamer menuju hall museum, staff museum menemukan buku-buku catatan lagu tulisan Suster Mechtilde. Suster Mechtilde menulis ulang dengan pena lagu-lagu liturgi gereja. Terdapat dua buah buku tulisan tangan Suster Mechtilde berisi not balok dan syair lagu berbahasa Belanda. Buku tulisan tangan karya Suster Mechtilde tersebut kemudian difoto dan dicetak ulang agar dapat dinikmati pengunjung. Buku aslinya juga turut dipamerkan dalam sebuah lemari kaca.

Usai sambutan, Ibu Marita selaku pemandu acara mengajak peserta untuk menikmati tour dengan menjelaskan alur dan cerita pameran mini. Tour berlangsung singkat karena seluruh area pameran berada dalam satu ruangan.
Acara puncak mini pameran dalam rangka HUT Museum adalah penampilan dari Cindy dan Vera alumni SMP Santa Maria. Cindy memainkan piano mengiringi Vera menyanyikan lagu Panis Angelicus. Lagu Panis Angelicus tertulis dalam buku catatan lagu milik Suster Mechtilde.

 Lantunan lagu yang dinyanyikan Vera terdengar jernih meski tanpa bantuan audio. Suara Vera yang merdu dan lantang, memukau penonton. Usai lagu pertama dinyanyikan, tepuk tangan menggema. Beberapa pengunjung berkomentar, “Suaranya bagus banget”, ada juga yang berkomentar “Merinding denger suaranya”

 Vera mengajak penonton untuk mendengarkan sekaligus berdoa saat lagu kedua dinyanyikan. “Saya mengajak bapak ibu mendengarkan lagu ini sambil berdoa.” Lagu Ave Maria perlahan mengalir penuh penghayatan. Suara tuts piano dan vocal dari Vera memenuhi ruangan, semua penonton diam mendengarkan. Tepuk tangan Kembali menggema Ketika lagu Ave Maria selesai dinyanyikan. Seorang ibu berkomentar penuh semangat “Ntar pas gue mantu, gue mau undang Vera.”

 Usai penampilan Cindy dan Vera, dilanjutkan acara ramah tamah. Para tamu dipersilahkan untuk menikmati hidangan atau melanjutkan melihat pameran secara pribadi. Staff museum menemani pengunjung dengan memandu dan bercerita tentang pameran dan museum.

Dokumentasi pameran museum mini "suara Cinta Santa Maria dapat di lihat pada youtube Museum Ursulin Santa Maria ***


Visitor Studies Cara Museum Memanjakan Pengunjung.

Pergeseran paradigma museum dari Collection oriented ke Public Oriented memaksa Museum harus berbenah dan meningkatkan kualitas pelaya...